Pendahuluan
Prabowo Subianto kembali mencuri perhatian dalam diplomasi global. Baru-baru ini, ia terlihat berdiri sejajar dengan dua tokoh dunia—Xi Jinping dan Donald Trump—menandakan bahwa posisi Indonesia dan peran Prabowo semakin menonjol di kancah internasional. Momen ini bukan hanya sekadar “foto bersama”, melainkan sinyal kuat bahwa Indonesia sedang memainkan kartu diplomasi yang lebih aktif dan multifaset. Artikel ini akan mengulas dengan cermat bagaimana Prabowo tiba pada posisi itu, apa makna kehadiran bersama Xi dan Trump, serta implikasi yang bisa muncul bagi kebijakan luar negeri Indonesia.
Latar Belakang Kedekatan dengan China dan AS
Prabowo, yang kini menjabat sebagai Presiden Indonesia sejak akhir 2024, memilih untuk menyeimbangkan hubungan antara dua kekuatan besar global—China dan Amerika Serikat. Ketika ia melakukan kunjungan resmi ke China, ia bertemu Xi Jinping dan berjanji memperdalam kemitraan strategis. english.alarabiya.net+2straitstimes.com+2 Di sisi lain, hubungan dengan AS juga mendapat perhatian, terutama lewat panggilan telepon dan upaya untuk memperkuat kerjasama. reuters.com+1
Langkah ini menegaskan bahwa Indonesia tidak lagi sekadar “penonton” dalam arena geopolitik, melainkan ingin menjadi “aktor” yang dihitung. Oleh karena itu, kehadirannya di acara-acara besar dan bersanding dengan Xi atau Trump bukan hanya soal citra, melainkan soal strategi.
Momen Terbaru: Satu Panggung di Forum Internasional
Kehadiran Bersama Xi di Beijing
Pada 3 September 2025, Prabowo hadir di sebuah parade militer besar di Beijing, berdampingan dengan Xi Jinping dan sejumlah pemimpin dunia lainnya. straitstimes.com Foto yang diambil memperlihatkan Prabowo di baris depan bersama tokoh-kunci, yang kemudian menjadi bahan analisis para pengamat tentang arah diplomasi Indonesia.
Interaksi dengan Trump & Isu Diplomasi AS
Sementara itu, dalam kunjungan resmi di Washington dan forum internasional lainnya, Prabowo juga menunjukkan keinginannya berinteraksi dengan AS dan Trump. Contohnya, ia terdengar meminta Trump agar bisa bertemu dengan putranya, Eric Trump — sebuah momen yang terekam mikrofon terbuka dan kemudian menjadi berita utama. The Guardian+1
Gabungan dari dua hal ini—kedekatan dengan China dan interaksi aktif dengan AS—menjadikan Prabowo sebagai figur yang menarik dalam merajut keseimbangan diplomasi global.
Apa Makna Strategis di Balik “Tiga-Sisi” Diplomasi Ini?
1. Penguatan Posisi Indonesia di Forum Global
Dengan berdiri berdampingan dengan Xi dan Trump, Indonesia memproyeksikan dirinya sebagai negara dengan bobot diplomatik yang naik. Hal ini penting karena di era multipolar, negara-menengah seperti Indonesia bisa memperoleh keuntungan lewat diplomasi aktif.
2. Signal untuk Mitra Ekonomi & Keamanan
Kedekatan dengan China membuka peluang investasi dan kerjasama ekonomi yang lebih besar. Sementara itu, interaksi dengan AS dapat mendongkrak kerjasama pertahanan dan teknologi. Kombinasi ini menunjukkan bahwa Indonesia ingin tidak bergantung pada satu blok saja.
3. Tantangan Bagi Kebijakan Non-Blok dan Kemandirian Strategis
Meski terkesan menguntungkan, pendekatan “dua sisi” juga membawa tantangan. Harus ada keseimbangan agar Indonesia tidak terperangkap dalam persaingan kekuatan besar dan tetap menjaga kemandirian kebijakan luar negeri.
Tantangan & Kritik yang Muncul
Kerentanan Citra dan Persepsi
Foto Prabowo berdampingan dengan Xi saat parade di Beijing memberi kesan tertentu – bahwa Indonesia terlalu dekat dengan China. Beberapa pengamat menilai bahwa kedekatan ini bisa menimbulkan pertanyaan mengenai posisi Indonesia dalam isu Laut China Selatan atau hak asasi manusia. straitstimes.com
Diplomasi “Gambar” vs Kebijakan Nyata
Meskipun momen-momen ini penting untuk citra, namun strategi jangka panjang dan implementasi kebijakan menjadi tantangan. Bagaimana Indonesia memastikan bahwa hubungan ini membawa keuntungan konkret — bukan hanya “foto bersama”?
Risiko Reaksi dari Mitra Lain
Jika Indonesia terlalu tampak condong ke salah satu pihak, bisa muncul reaksi dari negara lain (misalnya negara tetangga atau mitra lama seperti Jepang atau Australia). Maka, diplomasi ini harus dikelola dengan hati-hati.
Implikasi Bagi Kebijakan Dalam Negeri dan Luar Negeri
Perdagangan & Investasi
Kedekatan dengan China dan AS dapat memicu peningkatan investasi asing ke Indonesia—baik dari proyek infrastruktur China maupun teknologi AS. Hal ini dapat berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi. Namun, juga perlu hati-hati terkait ketergantungan dan persyaratan investasi.
Pertahanan dan Keamanan
Kerjasama dengan AS dalam bidang pertahanan bisa mendapatkan momentum baru, sementara dengan China kerjasama di bidang keamanan maritim atau anti-terorisme juga bisa diperkuat. Indonesia bisa mengambil manfaat untuk memperkuat alutsista, teknologi, dan kapasitas keamanan nasional.
Diplomasi Multilateral & Geopolitik
Indonesia bisa menjadi jembatan antara berbagai kekuatan. Dalam forum seperti Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) atau BRICS, posisi Indonesia sebagai aktor yang “netral tapi aktif” bisa semakin diperkuat. Misalnya, ketika AS dan China mengumumkan kesepakatan truce tarif di Busan, Korea Selatan, Indonesia juga hadir dalam sorotan. reutersconnect.com+1
Apa yang Harus Diperhatikan oleh Indonesia ke Depan?
- Memastikan kepentingan nasional tetap menjadi prioritas: investasi, keamanan, dan kedaulatan harus dijaga.
- Menjaga keseimbangan agar tidak tampak berpihak sepenuhnya ke salah satu kekuatan besar.
- Meningkatkan kapasitas diplomasi dan sumber daya untuk merespon dinamika global yang cepat berubah.
- Memanfaatkan momentum ini untuk kebijakan dalam negeri: pendidikan, teknologi, industri pertahanan harus mendapatkan akselerasi agar manfaat terlihat nyata.
- Mengkomunikasikan secara transparan kepada publik agar hubungan diplomasi besar-besar ini tidak terasa terlalu jauh dari kepentingan rakyat.
Penutup
Prabowo kembali naik panggung global—bersama Xi Jinping dan Donald Trump—menandai babak baru dalam diplomasi Indonesia. Namun, seperti setiap langkah besar dalam arena geopolitik, ini bukan hanya soal foto atau pertemuan dramatis. Yang paling penting adalah bagaimana langkah-langkah itu diterjemahkan ke dalam kebijakan nyata yang memperkuat posisi Indonesia secara ekonomi, keamanan, dan diplomatik.
Dengan pendekatan yang cermat, Indonesia bisa memanfaatkan momentum ini untuk mencapai “pertumbuhan independen dan bermartabat”. Tetapi, jika strategi ini tidak diimbangi dengan tindakan konkret, maka kehadiran dalam foto itu akan tetap hanya sebagai simbol — bukan kekuatan.









