Indonesia — Dalam upaya meningkatkan daya saing tenaga kerja dan memperluas akses kerja ke pasar global, pemerintah Indonesia menetapkan anggaran Rp12 triliun. Anggaran ini diperuntukkan bagi program kursus bagi lulusan SMA dan SMK yang berpotensi menjadi pekerja migran. Menurut laporan media nasional, program ini termasuk skema beasiswa kursus dan pelatihan bahasa untuk abad ke-21, yang menargetkan lulusan sekolah menengah kejuruan maupun umum yang akan bekerja di luar negeri (ANTARA News, detikFinance).
1. Latar Belakang dan Urgensi
Subsistem pendidikan vokasi di Indonesia sering dikritik karena keterampilan lulusan kurang relevan dengan kebutuhan pasar kerja, terutama sektor luar negeri. Oleh karena itu, Menko PM, Muhaimin Iskandar, menyatakan pemerintah akan menambah beasiswa kursus bagi lulusan SMA/SMK yang siap bekerja di luar negeri. Beasiswa ini mencakup pelatihan teknis dan peningkatan kemampuan bahasa asing (Media Indonesia).
Selain itu, pemerintah melihat peluang besar dari kebutuhan global terhadap tenaga kerja terampil, khususnya di sektor konstruksi/welding, perawatan lansia, dan hospitality. Dengan demikian, kebijakan ini juga bertujuan menekan angka pengangguran lulusan sekolah menengah dan memberi akses kerja ke luar negeri secara aman dan terstruktur (ANTARA News).
2. Isi Program dan Cakupan Anggaran
Anggaran Rp12 triliun akan dialokasikan untuk beberapa program utama:
- Beasiswa kursus dan pelatihan, termasuk peningkatan mutu bahasa bagi calon tenaga kerja luar negeri (ANTARA News).
- Pelatihan keterampilan spesifik, seperti welder (juru las), caregiver (perawat lansia), dan hospitality (pelayanan hotel/restoran) untuk pasar luar negeri (Media Indonesia).
- Program dijadwalkan mulai akhir tahun ini, dengan peluncuran skema beasiswa dan pelatihan. Ekspansi program diperkirakan pada awal tahun depan (ANTARA News).
Menariknya, program ini berbeda dari skema sebelumnya, yaitu penyediaan 500 ribu tenaga kerja terampil di luar negeri dengan anggaran Rp8 triliun (ANTARA News).
3. Dampak yang Diharapkan
Dengan program ini, pemerintah menargetkan beberapa hasil strategis. Pertama, peningkatan daya saing lulusan SMA/SMK, karena pelatihan keterampilan dan bahasa membantu mereka bersaing di pasar global.
Kedua, pengurangan pengangguran terdidik, karena lulusan yang mengikuti program ini akan memiliki akses ke pasar kerja luar negeri.
Ketiga, peningkatan remitansi dan devisa negara, karena lebih banyak tenaga kerja Indonesia terserap di luar negeri.
Keempat, peningkatan kontrol, keamanan, dan perlindungan pekerja migran, karena pelatihan resmi memastikan standar minimal sebelum keberangkatan, sehingga mengurangi risiko eksploitasi.
4. Tantangan dan Catatan Penting
Meskipun menjanjikan, ada beberapa tantangan:
- Kesesuaian pelatihan dengan kebutuhan pasar global. Agar program efektif, pelatihan harus responsif terhadap kebutuhan industri luar negeri.
- Proteksi dan regulasi pekerja migran. Pelatihan tidak menjamin kondisi kerja yang layak. Perlindungan pekerja harus berjalan paralel.
- Distribusi kesempatan yang merata. Semua lulusan SMA/SMK dari berbagai daerah harus mendapat akses.
- Pengelolaan anggaran dan monitoring. Dengan investasi Rp12 triliun, transparansi dan akuntabilitas sangat penting.
- Kesesuaian minat lulusan dengan sektor yang tersedia. Tidak semua lulusan cocok untuk bekerja di luar negeri. Pendidikan alternatif lokal perlu dipertimbangkan.
5. Dampak terhadap Pendidikan Vokasi
Program ini memberi sinyal bagi sistem pendidikan vokasi bahwa orientasi kerja ke luar negeri menjadi strategi penting.
Oleh karena itu:
- Kurikulum SMK perlu mengarah ke standar internasional dan sertifikasi global, terutama di bidang welder, hospitality, dan caregiver.
- Kolaborasi antara sekolah vokasi, lembaga pelatihan, dan perusahaan luar negeri harus diperkuat agar lulusan mendapat pengalaman nyata.
- Up-skilling dan re-skilling harus diintegrasikan agar lulusan siap bekerja dan memiliki mobilitas karier global.
6. Kaitan dengan Kebijakan Nasional
Program ini sejalan dengan agenda pemerintah memperkuat posisi Indonesia sebagai penyumbang tenaga kerja kompeten ke pasar global. Beberapa negara mitra membutuhkan tenaga kerja terampil, misalnya sektor perawatan lansia di Jepang dan layanan hospitality di Brunei/Malaysia (detikFinance).
Selain itu, pelatihan resmi memperkuat regulasi dan kerja sama bilateral, karena pemerintah memiliki data dan kontrol lebih kuat terhadap arus tenaga kerja luar negeri.
7. Rincian Penerapan & Timeline
- Tahap Persiapan: Akhir 2025. Pemerintah telah menyampaikan anggaran dan menyusun skema (ANTARA News).
- Pelaksanaan Awal: Setelah persiapan. Kuota belum diumumkan tetapi akan diterapkan “semaksimal mungkin” (detikFinance).
- Skala Lebih Besar: Januari 2026, program diperkirakan diperluas (ANTARA News).
Program ini bukan pengganti skema sebelumnya (Rp8 triliun untuk 500 ribu tenaga kerja), melainkan skema baru (detikFinance).
8. Kesimpulan
Program anggaran Rp12 triliun untuk kursus dan beasiswa bagi lulusan SMA/SMK yang ingin bekerja ke luar negeri adalah langkah strategis pemerintah menghadapi tantangan global tenaga kerja. Dengan peningkatan keterampilan, bahasa, dan akses pasar internasional, lulusan diharapkan memiliki peluang kerja lebih baik. Program ini juga meningkatkan devisa negara dan relevansi pendidikan vokasi. Namun, keberhasilan bergantung pada pelaksanaan yang efektif, kesesuaian pelatihan dengan kebutuhan pasar, dan perlindungan pekerja migran yang kuat.








